tragedi sampit madura

2024-05-19


KOMPAS.com - Tahun 2001 akan selalu diingat sebagai masa kelam dalam sejarah Indonesia, khususnya untuk Kota Sampit di Pulau Kalimantan. Pada tahun itu, terjadi konflik berdarah antara masyarakat Suku Dayak dan Madura. Tragedi ini kemudian juga dikenal sebagai Konflik Sampit.

Konflik ini ditengarai bermula karena kecemburuan sosial atas kedatangan transmigran dari Madura. Warga suku Madura telah bertransmigrasi sejak 1930-an melalui program pemerintah kolonial Belanda. Perpindahan penduduk Madura ke Kalimantan puncaknya terjadi pada masa Orde Baru melalui program transmigrasi yang dimulai Pelita I-VI. Baca Juga.

Konflik Sampit terjadi antara suku Dayak asli dengan warga migran Madura. Pada saat itu, para transmigran asal Madura membentuk 21 persen populasi Kalimantan Tengah. Akibatnya, warga Kalimantan Tengah merasa tidak puas dan merasa disaingi oleh Madura. Kondisi inilah yang kemudian memicu terjadinya Konflik Sampit.

Konflik Sampit terjadi karena adanya perbedaan nilai dan budaya antara suku Dayak dan Madura yang berstatus sebagai pendatang. Menurut Abdul Rachman Patji, ada asumsi bahwa konflik Sampit disebabkan karena kecemburuan orang Dayak kepada orang Madura.

Pagi tanggal 18 Februari pukul 08.00 WIB, sejumlah warga Madura mendatangi rumah seorang penduduk Dayak bernama Timil yang diduga menyembunyikan salah satu pelaku serangan. Timil berhasil diamankan oleh polisi, tetapi warga Madura yang tidak puas langsung membakar rumahnya.

The Sampit War was a war between the Dayak and Madurese tribes which culminated in February 2001. The factors that triggered the Sampit war were cultural differences or customs between the...

Tradegi ini disebut tragedi sampit yang bermula pada 18 Febuari 2001 saat empat keluarga Madura tewas dibunuh. Diperkirakan korban jiwa mencapai angka 469 orang dalam konflik yang berlangsung selama 10 hari ini. Pola edukasi yang dilakukan oleh pemerintah atau suku Dayak dan Madura dalam menjaga keharmonisannya.

Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga Imigran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan.

Penerimaan Sosial Warga Dayak Terhadap Warga Madura Di Kabupaten Kotawaringin Timur Pasca Konflik Sampit. Surabaya: Universitas Airlangga. Suprapto, W. (2018). Relokasi Masyarakat Madura Di Singkawang Sebagai Bagian Dari Proses Resolusi Pasca Konflik Etnisitas Di Kabupaten Sambas, Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia, 3 (2), 33-40.

KOMPAS.com - Konflik Sampit adalah kerusuhan antaretnis yang terjadi di Sampit pada awal Februari 2001. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah yang kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura.

Peta Situs